Kenalkah Engkau sahabatku dengan R.A Kartini? Bagaimana
Dengan R.A Dewi Sartika? Cut Nyak Dien? Tentu sudah tidak asing di
telinga lagi bukan? Lalu bagaimana dengan Aisyah r.a penyandang gelar
Ash-Shiddiqah binti Ash-Shiddiq (perempuan yang sangat jujur dari orang
yang sangat jujur)? Lalu Asma
binti Yazid bin As-Sakan, seorang wanita ahli hadits, mujahidah yang
agung, cerdas, taat beragama, dan ahli pidato, sehingga ia digelari
orator wanita? Kenalkah? Aisyah r.a, Asma binti Yazid bin As-Sakan, dan
banyak lagi yang lainnya adalah shahabiyah yang tangguh, pahlawan dan
pejuang islam sejati.
Betapa
tidak, dalam Islam, perempuan diposisikan sebagai perhiasan berharga
yang wajib dijaga dan dipelihara. Ini tidak berarti mengekang perempuan
dalam wilayah tertentu. Islam memberi peran bagi perempuan dalam ranah
domestik dan juga publik sekaligus. Sehingga dimasa peradaban Islam
tidaklah mengherankan jika kita mendapati banyak figur waita terbaik
dan termulia sepanjang zaman. Mereka bersungguh-sungguh mengerahkan
segenap kemampuan dalam menjunjung tinggi syiar Islam, membela agama
Allah dengan ketulusan yang tidak diragukan, mencintai Allah dan
Rasulullah dengan kecintaan yang mendalam “yang direfleksikan dengan
ketaatan kepada risalah yang dibawanya” bersabar dengan segala
kesulitan hidupnya, patuh dan menghargai suami dengan kepatuhan dan
penghormatan yang patut diteladani, mendidik anak-anak mereka dengan
pendidikan yang baik hingga melahirkan pahlawan-pahlawan sejati yang
dijamin masuk syurga, merelakan buah hati mereka terbunuh sebagai
syahid membela agamaNya, bahkan tidak sedikit dari mereka yang terjun
langsung dalam jihad fii sabilillaah demi meraih mardhatillah dan
jannhaNya.
Jika
dia sebagai anak, kemudian kedua orangtuanya atau salah satunya
menyimpang dari batas yang telah ditentukan oleh agama, maka dengan
cara yang sopan dan bijaksana, dia harus mengajak kedua orangtuanya
kembali ke jalan yang baik, yang telah menjadi tujuan agama, disamping
tetap menghormati kedua orangtua.
Wajib
bagi setiap wanita (para istri), yaitu membantu suaminya dalam
menjalankan perintah agama, mencari rezeki yang halal, menerima dan
mensyukuri yang dimilikinya dengan penuh kesabaran, dan sebagainya.
Wajib
pula bagi setiap ibu, mengajar anak-anaknya taat kepada Allah, yakni
dengan menjauhi larangan-Nya dan menjalankan perintah-Nya, serta taat
kepada kedua orangtuanya.
Kewajiban
bagi setiap wanita terhadap kawan-kawannya yang seagama, yaitu
menganjurkan untuk membersihkan akidah dan tauhidnya dari pengaruh di
luar Islam; menjauhi paham-paham yang bersifat merusak dan
menghancurkan sendi-sendi Islam dan akhlak yang luhur, yang diterimanya
melalui buku, majalah, film, dan sebagainya.
Muslimah
menjadi anak yang shalihah dan berbakti kepada orang tuanya. Muslimah
memberikan semangat kepada suaminya untuk berjuang hanya dan untuk
islam. Muslimah menjadi pendidik dan pengajar yang mencetak
pemuda-pemudi, muslim dan muslimah yang ta’at pada RabNya. Muslimah
menjadi sahabat bagi muslimah lainnya yang merupakan jalan pengabdian
pada Zat Yang Maha Sempurna.
Wanita
adalah kunci kebangkitan umat. Karena ia adalah penggerak bagi
orangtuanya, bagi suaminya, bagi anak-anaknya dan bagi
sahabat-sahabatnya. Maka, marilah kita melayakkan diri menjadi
wanita-wanita isalam yang ta’at kepada Rabbi, dan menjadi pejuang islam
yang tangguh seperti para Shahabiyah di zaman Rasulullah dulu. Kita lah
pengganti dan penerus rantai perjuangan para Shahabiyah dahulu.
Wallahu a’lam bi ash-shawab
(Sumber: Dr. Yusuf Al-Qardhawi & Edy Santoso)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar