Senin, 01 Desember 2014

Dear you, One



                Menjelma lewat tulisan ini, dentuman rinduku semoga bisa tersampaikan. Ohya, Sudah beberapa hari ini kita berselisih, rasanya aku ingin menulis kembali kesalahan-kesalahan yang sudah aku perbuat, membosankan sekali jika bertengkar dengan hal-hal yang sama.
                Terima kasih sudah memaafkanku…
                Kamu tahu, saat aku menulis prolog surat ini, disini hujan sedang turun deras. Hanya lagu instrument yang menemaniku didalam kamar berukuran 6x3 m ini. Sekilas aku melihat bayangan wajahmu diluar sana. Entah apa yang kau perbuat mungkin kau sedang membawakan aku sebuah payung untuk aku pergi bersamamu. Tapi bukankah kau masih marah?
                Andai saja benar bayanganku…
Ohya, sudah 2 hari kita seperti berada di hutan antah berantah. Sendiri dan tersesat. Masihkah kamu  sabar menanti, walau aku sudah terbiasa menghilang dari ruangmu? Masihkah kau yakin akan diriku yang kadang membuatmu resah dan gelisah. Masihkah ada ruang untuku yang selalu menuntut kesabaran lebih darimu? Bukankah aku yang sering marah sedang kau yang selalu menenangkan. Bukankah kau yang sering memintaku untuk terus bersabar, walau kadang aku mengabaikan. Bukankah kau yang selalu menentramkan hatiku saat gelisah melanda. Bukankah kau yang menepis rasa rinduku?
Sampai saat ini aku masih sering lupa dengan apa yang kau ingatkan . aku tahu kamu tipe yang sangan pembosan, mungkin saja kau sudah muak berkali-kali menginggatkan segala kesalahan yang telah kuperbuat.
Dan kau bilang rela berkorban adalah wujud sayang. Semoga terus bersabar :)
               
Don’t be bored to remember me ya?




Tertanda
Aku





Tidak ada komentar:

Posting Komentar